Tangerang, 18 Juni 2025 — Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru (Ditjen GTKPG) melalui Direktorat Kepala Sekolah Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK) melaksanakan Training of Trainers (ToT) Pelatihan Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS) Batch 2, pada 18 s.d 25 Juni 2025, di Jakarta.
Seperti Batch Pertama, kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan para calon pengajar pelatihan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar mereka dapat menyampaikan materi pelatihan secara efektif dan bermutu sebagai langkah awal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam menyiapkan pemimpin sekolah masa depan.
ToT yang bertujuan untuk menyamakan persepsi diantara para narasumber agar seluruh fasilitator pelatihan memiliki pemahaman yang setara terhadap materi dan metodologi pelatihan calon kepala sekolah dihadiri langsung oleh Dr. Mariman Darto, Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen, Iwan Junaedi, Direktur KSPSTK, Yaya Sutarya, Kasubdit Peningkatan Kapasitas Perlindungan dan Pengendalian, Rita Dewi Suspalupi Kasubag Tata Usaha Direktorat KSPSTK, serta Medira Ferayanti, Ketua Tim Kerja Pembelajaran, Kesejahteraan dan Penghargaan.
Dalam sambutannya, Direktur KSPSTK, Iwan Junaedi, juga menyampaikan beberapa materi terkait program kepemimpinan sekolah dan model pelatihan integratif-transformatif BCKS yaitu :
1. Mengintegrasikan berbagai aspek dalam kepemimpinan sekolah secara menyeluruh yang meliputi dimensi kompetensi sosial, kepribadian, profesional. Kompetensi profesional termasuk kemampuan sebagai entrepreneur.
2. Mengintegrasikan berbagai pendekatan pembelajaran seperti studi kasus, pemecahan masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan refleksi dari praktik langsung di lapangan.
3. Integrasi antar jenjang satuan Pendidikan untuk memperkaya studi kasus dan pengalaman.
4. Integrasi belajar mandiri secara daring melalui LMS dan belajar kolaboratif pada saat luring.
5. Transformatif yang mengandung makna bahwa pelatihan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kritis, perubahan mindset (pola pikir), dan pembangunan nilai-nilai kepemimpinan yang visioner, adaptif, dan berorientasi pada perubahan positif di satuan pendidikan. Bukti perubahan dituangkan dalam rencana/rancangan proyek transformasi kepemimpinan sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Nunuk Suryani, Direktur Jenderal GTK PG
melalui ruang virtual menyampaikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memegang
peranan strategis dalam peningkatan mutu pendidikan, menempati posisi penting
kedua setelah kualitas guru dalam menentukan hasil belajar murid. Oleh karena
itu, kepala sekolah harus dipandang bukan sekadar pengelola administrasi,
melainkan sebagai pemimpin pembelajaran yang visioner, kolaboratif, dan
inspiratif. Untuk mencetak kepala sekolah seperti ini, pelatihan yang diberikan
pun harus bersifat menyeluruh dan transformatif.
Melalui pelatihan BCKS, beliau berharap agar para fasilitator
tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga menghidupkan semangat belajar
calon kepala sekolah dengan pendekatan yang bermakna dan menyentuh. Dengan
kerja sama dan komitmen semua pihak, pelatihan ini diharapkan menjadi fondasi
kuat bagi terbangunnya kepemimpinan sekolah yang berdampak nyata bagi masa
depan pendidikan Indonesia.
Selanjutnya senada dengan Dirjen GTK PG, Dr.
Mariman Darto, Staf Ahli Mendikdasmen Bidang Manajemen Talenta juga
menyampaikan dan menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh
Kepala Sekolah yaitu Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
Manajerial, Kompetensi Kewirausahaan dan Kompetensi Supervisi.
Penempatan kepala
sekolah di sekolah-sekolah unggulan seperti Sekolah Unggul Garuda atau Sekolah
Rakyat seharusnya mencerminkan sistem merit yang adil dan berbasis kualitas.
Mereka yang memimpin di satuan pendidikan unggulan semestinya berasal dari
grade tertinggi, memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai, serta
menunjukkan kompetensi kepemimpinan yang kuat—baik secara pribadi, sosial,
maupun profesional.
“Kita tidak bisa
mengabaikan pentingnya seleksi yang berintegritas. Penempatan harus
mempertimbangkan kemampuan riil, bukan semata-mata faktor internal. Karena
kualitas kepemimpinan akan sangat menentukan arah dan keberhasilan sekolah
tersebut. Mari kita jaga agar sistem ini tetap berpihak pada mutu, berpijak
pada kompetensi, dan berorientasi pada hasil pendidikan yang adil serta unggul”,
tegas Mariman.
Dalam laporan penjelasan kegiatan Medira Ferayanti, Ketua Tim Kerja Pembelajaran, Kesejahteraan dan Penghargaan menyampaikan ToT BCKS Batch 2 ini, menjelaskan bahwa pembelajaran dilakukan melalui pendekatan belajar terintegrasi. Sebelum pertemuan tatap muka, peserta telah melaksanakan belajar mandiri selama 7 hari sejumlah 25 JP melalui Learning Management System (LMS) dan pada pertemuan luring peserta akan mendalami materi dengan diskusi, simulasi peer teaching, serta belajar langsung di sekolah praktik bersama kepala sekolah mentor selama rangkaian kegiatan ToT selama 8 hari atau 65 JP. Total JP ToT 90 JP.
Peserta yang hadir terdiri dari unsur Widyaiswara/Widyaprada/Pengembang Teknologi Pembelajaran/Kepala Sekolah/Pengawas/Pendamping Satuan Pendidikan/ Dosen/Praktisi Pendidikan, yang diusulkan oleh BBGTK/BGTK/KGTK di seluruh Indonesia dengan narasumber yang merupakan pengembang modul pelatihan serta narasumber yang telah mengikuti kegiatan penyamaan persepsi narasumber ToT Pelatihan BCKS di bulan Mei 2025.
“Melalui
rangkaian pelaksanaan ToT BCKS ini, diharapkan akan lahir para
fasilitator yang tidak hanya memahami substansi pelatihan, tetapi juga mampu
menginspirasi, membimbing, dan memastikan nilai-nilai kepemimpinan pembelajaran
tertanam kuat dalam diri setiap calon kepala sekolah. Serta pelatihan ini
menjadi langkah awal yang kokoh untuk melahirkan kepala sekolah yang
berintegritas, visioner, dan mampu mewujudkan sekolah sebagai tempat belajar
yang aman, inklusif, dan menggembirakan, demi tercapainya pendidikan yang
bermutu dan berkelanjutan di seluruh Indonesia”, pungkas Iwan